Berita

PPDB OFFLINE

PPDB ONLINE

PENGUMUMAN KELULUSAN

DATA ALUMNI

Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui Kegiatan Jumat Literasi dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Di SMK Kesehatan Nusantara Surabaya ( Samiah, S.Pd. )

ABSTRAK

Di Indonesia minat membaca pada semua kalangan masih kurang, terutama pelajar dan mahasiswa yang biasa bergelut dalam dunia pendidikan. Disebabkan karena masyarakat yang kurang sadar akan manfaat dari literasi. Selain itu, cukup banyak pula hambatan yang terdapat saat kegiatan membaca. Saat ini pemerintah membuat suatu kebijakan untuk membangun budaya literasi tersebut melalui melalui adanya Gerakan literasi sekolah.  Penelitian ini bermaksud demi mengetahui bagaimana Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui Kegiatan Jumat Literasi dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Di SMK Kesehatan Nusantara Surabaya. Subjek pada penelitian ini adalah pelajar SMK Kesehatan Nusantara Surabaya Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui Kegiatan Jumat Literasi dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Di SMK Kesehatan Nusantara Surabaya.

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian didapati bahwa kegemaran baca peserta didik meningkat dengan sering nya diadakan kegiatan jumat literasi, Budaya literasi dapat ditingkatkan, aktivitas membaca mereka dapat diamati, dan keterampilan membaca mereka berkembang baik dengan cara menumbuhkan budaya literasi pada peserta didik.

Kata Kunci: Gerakan Literasi Sekolah, Kegiatan Jumat Literasi, Minat Baca, SMK Kesehatan Nusantara

ABSTRACT

In Indonesia, interest in reading among all groups is still lacking, especially students who usually work in the world of education. This is because people are less aware of the benefits of literacy. In addition, there are quite a lot of obstacles that exist when reading activities. Currently the government is making a policy to build a literacy culture through the school literacy movement. This study intends to find out how the School Literacy Movement Program (GLS) through Literacy Friday Activities in Growing Students' Interest in Reading at SMK Kesehatan Nusantara Surabaya. The subjects in this study were students of the Nusantara Health Vocational School Surabaya. The problem formulation in this study was how the School Literacy Movement Program (GLS) through Literacy Friday Activities in Growing Students' Interest in Reading at Nusantara Health Vocational School Surabaya. This research is a qualitative research. The results of the study found that students' reading enthusiasm increased with frequent literacy Friday activities, literacy culture could be improved, their reading activities could be observed, and their reading skills developed well by cultivating a literacy culture in students.

Keywords: School Literacy Movement, Literacy Friday Activities, Interest in Reading, Nusantara Health Vocational School

Pendahuluan

Pendidikan merupakan peran yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia bisa menjadi cerdas, memiliki skill, sikap hidup yang baik sehingga dapat bergaul dan bersosialisasi dengan baik di masyarakat, serta dapat menolong dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara

Salah satu dasar yang harus ditimbulkan kembali adalah budaya literasi di sekolah. Literasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Sebagian proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam di dalam diri peserta didik dapat mempengaruhi  baik di sekolah maupun di dalam kehidupan bermasyarakat.  Dalam Deklarasi UNESCO disebutkan bahwa literasi informasi terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah  dan Kebudayaan, 2016).  Menurut Nopilda,  dkk pada jurnal (Kartini and Yuhana, 2019) istilh kata literasi berasal dari bahasa latin litteratus (littera) yang setara dengan kata letter dalam Bahasa Inggris yang bermakna kemampuan membaca dan menulis.maksud dari hal tersebut bahwa literasi yaitu kemampuan membaca dan menulis yang akhirnya berkembang menjadi kemampuan menguasai kemampuan bidang tertentu yang merujuk pada orang yang mempunyai kemampuan tersebut termasuk dalam literet atau literate yaitu yang dapat dimaknai ‘berpendidikan, berpendidikan baik, membaca baik, sarjana, terpelajar, bersekolah, berpengetahuan, intelektual, intelijen, terpelajar, terdidik, berbudaya, kaya informasi, canggih (Kartini and Yuhana, 2019).

            Dewasa ini minat baca di lingkungan sekolah semakin memprihatinkan, terlihat dari data yang ditemukan pada tahun 2016, Pusat Penelitian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Indonesia National Assesment Program meneliti kemampuan membaca peserta didik di Indonesia. Hasilnya, 46,83% peserta didik Indonesia berada pada kategori kurang, 46,83% pada kategori cukup, dan hanya 6,06% yang berada pada kategori baik (Ramdhani, Rofi’uddin and Santoso, 2021). Selain itu, data tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Organisation for Economic Cooperation & Development (OECD) melalui PISA (Programme for International Student Asessment), peserta didik Indonesia berada pada ranking 70 dari 75 negara yang disurvei dengan memperoleh 371 poin(OECD, 2018). Hasil ini termasuk menurun karena menurut hasil PISA 2015, skor literasi membaca peserta didik Indonesia adalah 397 poin, urutan 64 dari 70 negara yang disurvei (Ramdhani, Rofi’uddin and Santoso, 2021).  Melihat data literasi membaca peserta didik Indonesia tersebut, sangat wajar jika aspek literasi membaca harus mendapatkan perhatian lebih sekarang ini.

            Melalui Gerakan Literasi Sekolah merupakan teroboasan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui literasi. Selain itu, program literasi sekolah yang selanjutnya disebut GLS bersifat menyeluruh sehingga membutuhkan kerjasama yang baik antara semua warga skolah, baik kepala sekolah, guru, peserta didik, maupun pegawai sekolah dan juga orang tua wali sebagai penggerak utama. GLS sendiri merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang literat melalui organisasi sekolah.  Gerakan literasi sekolah tersebut, sesuai dengan Peraturan Pemerinta yaitu Permendikbud No. 23/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dijelaskan pada peraturan tersebut tentang salah satu cara dalam menumbuhkan budi pekerti yaitu dengan mengisi kegiatan membaca buku non pelajaran sebelum pelajaran dimulai selama lima belas menit. Sesuai dengan isi kebijakan tersebut, gerakan ini menegaskan bahwa untuk mengisi kegiatannya, sasaran dibiasakan membaca buku non pelajaran. Artinya, gerakan tersebut bukanlah berposisi sebagai kegiatan pembelajaran dalam medan intrakurikuler, tetapi Gerakan Literasi Sekolah merupakan kegiatan pembudayaan yang memberikan kontribusi entry behavior yang ditanamkan pada peserta didik dengan nilai-nilai kemanfaatan dapat memberikan dukungan terhadap kompetensi peserta didik untuk lancar dan mudah memahami wacana yang terkait dengan mata pelajaran (Khotimah, Akbar and Cholis, 2018).

            Sejauh ini gerakan literasi sekolah mulai diterapkan di SMK kesehatan Nusantara Surabaya melalui program jumat literasi. Jumat literasi yang biasa nya I laksanakan di hari jumat selama sebulan sekali. Dengan di adakan nya program jumat literasi , diharapkan dapat meningkatkan minat baca pada peserta didik di SMK kesehatan Nusantara Surabaya. Program ini juga juga di adakan demi  menumbukan kegemaran membaca dan dapat meningkatkan keterampilan membaca, selain itu dapat menguasai pengetahuan secara bertambah di peserta didik SMK kesehatan Nusantara.Karena, sebenarnya permasalahan yang terjadi bahwa tingkat kesadaran dan motivasi akan penting nya membaca masih dianggap sangat kurang.

            Maka dari itu, dengan program yang sedang berlangsung tersebut di SMK kesehatan Nusantara Surabaya, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dan ingin mengetahui bagaimana Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui Kegiatan Jumat Literasi dalam Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik Di SMK Kesehatan Nusantara Surabaya.

Profil SMK Kesehatan Nusantara Surabaya

SMK Kesehatan Nusantara Surabaya merupakan satu-satunya sekolah kesehatan yang terletak di pusat kota Surabay yang berlokasi dekat dengan pusat pemerintahan provinsi Jawa Timur (Gedung Grahadi) dan pusat perbelanjaan terkenal di Surabaya (Tunjungan Plaza). Letak sekolah yang strategis berada di pinggir jalan besar menjadikan SMK Kesehatan Nusantara Surabaya mudah diakses baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

SMK Kesehatan Nusantara Surabaya berdiri sejak tahun 2010 dengan program keahlian yang sudah terakreditasi A, yaitu Asisten Keperawatan dan Farmasi Klinis dan Komunitas. Dari tahun ke tahun, sekolah ini terus maju dan berkembang serta meningkatkan kualitasnya, baik dari segi pembelajaran, Sumber Daya Manusia, maupun sarana dan prasarana. Hal di atas dibuktikan dengan adanya tenaga pendidik yang kompeten, yang mayori tas berasal dari lulusan universitas ternama di Surabaya sesuai bidang keahliannya.

Selain itu, jumlah peser t didik menunjukkan kenaikan yang signif ikan dan lulusannya banyak terserap di berbagai industri dan dunia kerja. Hampir semua rumah sakit besar dan apotek besar di Surabaya menjadi lahan Praktek Kerja

Lapangan bagi peserta didik dan menjadi mitra kerja SMK Kesehatan Nusantara Surabaya, di antaranya RS Dr. Soetomo, RS PHC, RS Soemitro, RS Haji, RS Wiyung Sejahtera dll,  serta apotek besar di Surabaya di antaranya Apotek Kimia Farma dan Apotek K24.

Dalam memenuhi kebutuhan minat dan hobi peserta didik, SMK Kesehatan Nusantara Surabaya memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler di antaranya English Club, Pramuka, PMR, Futsal, Paskibraka, Paduan Suara, Tari, dll. Diharapkan kegiatan tersebut bisa menampung dan menggali kreatifitas peserta didik. Mengusung tagline “Your Future Our Vision”, SMK Kesehatan Nusantara Surabaya bukan hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan keahliannya namun juga dibekali dengan ketrampilan pendukung di antaranya pijat bayi, pengobatan bekam, akupuntur, dan lainnya.

Selain itu, kegiatan lain yang telah di biasakan rutin di SMK Kesehatan, yaitu, Jum’at literasi, Jum’at berkah, Jum’at bersih, dan Jum’at Sehat, dengan detil kegiatannyaa sebagai berikut:

a. Jumat Literasi, peserta didik-peserta didik di budayakan untuk membaca buku minimal 1 buku dan menjelaskannya dengan cara membuat design mind maping. Pelaksanaannya rutin di laksanakan di hari Jum’at minggu pertama. Hal ini dapat meningkatkan minat baca peserta didik di SMK kesehatan Nusantara yang akan menambah wawasan yang luas bagi peserta didik.

b. Jum’at berkah, yaitu para peserta didik dibudayakan membaca ayat ayat Al-Qur’an dan Istighosah bersama sama. Kegiatan tersebut biasanya juga diringi dengan saling berbagi bersama anak- anak yatim. Pelaksaanannya rutin di laksanakan di hari Jum’at minggu kedua.

c. Jumat Bersih, Dalam pelaksanaannya, peserta didik secara gotong royong bersama-sama membersihkan lingkungan sekolahannya. Hal ini dapat meningkatkan kepedulian akan lingkungan sekitarnya. Pelaksanaannya rutin dilaksanakan di hari Jum’at minggu ketiga.

d. Jumat Sehat, Dimana pelaksanaannya yang mana saat itu akan di adakan senam bersama di dalam lingkungan sekolah , dan juga jalan sehat di sekitaran sekolah. Kegiatan ini dapat meningkatkan kepedulian para peserta didik akan pentingnya tetap menjaga kesehatan.

Kondisi Minat Baca SMK kesehatan Nusantara

Pada saat ini perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang semakin pesat dapat menyebabkan seseorang enggan untuk membaca buku dan mereka lebih mementingkan hp.Dengan membuka hp maka informasi akan lebih mudah untuk didapatkan, begitu juga ketika para peserta didik mendapatkan tugas sekolah, ia lebih memilih mencari jawaban di hp daripada di buku mereka yang sebenarnya jawaban itu ada di sana. Hal ini menyebabkan berkurangnya minat baca peserta didik terhadap buku bacaan.

Jika dilihat, kondisi minat baca peserta didik di SMK Kesehatan Nusantara bermacam-macam, ada yang suka membaca buku ada yang kurang suka membaca buku. Dari hasil beberapa observasi dan wawancara ke peserta didik yang ada di SMK Kesehatan Nusantara dapat diketahui bahwa peserta didik yang suka membaca buku itu karena ia sadar akan manfaat dari membaca buku, selain itu ketika suasana kelas itu mendukung yaitu tidak terlalu ramai maka akan menambah semangat dalam membaca buku. Apalagi membaca buku itu dilakukan bersama-sama teman lain maka akan lebih menyenangkan. Dan ketika kita belum paham tentang buku yang kita baca bisa kita tanyakan kepada guru yang mendampingi kegiatan membaca di kelas.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat baca, dibuktikan dari hasil beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai minat baca. Menurut penelitian dari Tarihoran dan Dewi (2020) yang melakukan penelitian mengenai faktor- faktor penyebab rendahnya minat membaca novel pada mahapeserta didik, menunjukkan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut yakni faktor lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya penguasaan kosa kata, generasi serba instan, gadget, game online, sosial media, dan diri sendiri (Kasrawati, 2017).

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Jayadi, Rahmawati, dan Mariyanah (2017) yang mengemukakan bahwa sebagian besar atau 67,61 persen mahapeserta didik memiliki minat baca yang berada dalam kategori sedang. Mahapeserta didik dengan minat baca pada kategori sedang tersebut merasa sudah cukup puas dengan kemampuan yang dimilikinya, sehinggga mereka cenderung tidak giat lagi dalam proses belajar khusunya membaca. Mereka memiliki minat baca yang baik namun tidak terlalu berproses untuk mengejar prestasi yang tinggi (Kasrawati, 2017).

            Faktor – faktor lainnya yang mempengaruhi minat baca, seperti yang di kemukakan oleh Soeatminah (dalam Idris & Ramadani, 2015: 31) bahwa faktor penyebab rendahnya minat baca yaitu 1) faktor pembawaan atau bakat, faktor yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, 2) faktor jenis kelamin, sifat dan kodrati maka wanita dan pria memiki minat dan selera yang berbeda, 3) faktor tingkat pendidikan, disebabkan karena perbedaan kemampuan keadaan dan kebutuhan, 4) faktor kesehatan, apabila seorang anak dalam keadaan kurang sehat maka gairahnya untuk membaca akan berkurang, 5) faktor keadaan jiwa, apabila seorang anak dalam keadaan resah sedih maka gairahnya untuk membaca akan hilang, 6) faktor kebiasaan, anak yang tidak memunyai minat baca akan menggunakan waktu luangnya untuk bermain, 7) faktor lingkungan keluarga, lingkungan keluarga yang punya kebiasaan dan kegemaran membaca akan memberikan pengaruh yang besar terhadap minat baca anak dan 8) faktor lingkungan sekolah (Asniar, Muharam and Silondae, 2020).

            Faktor internal menyebabkan rendahnya minat baca peserta didik di SMK Kesehatan Nusantara Surabaya yang pertama yaitu faktor – faktor keadaan jiwa. Salah satunya, yang pertama adalah dari segi psikologisyang meliputi perasaan dan pikiran peserta didik yang terganggu karena terlalu banyak memikirkan masalahnya yang dialami baik masalah pelajaran, pribadi dan lain sebagainya sehingga masalah -masalah tersebut mengganggu suasana hatinya untuk membaca sehingga timbul sifat malas. Sifat malas merupakan salah satu sifat buruk yang terdapat pada diri seseorang yang menghambat kemajuan anak-anak maupun dewasa untuk membaca dan belajar untuk menambah ilmu pengetahuan. Sifat malas tersebut muncul secara tiba-tiba atau sudah menjadi kebiasaan seorang pelajar yang malas untuk membaca.

Selanjutnya, yang di temukan adalah Faktor internal yang kedua yaitu faktor kebiasaan. Faktor kebiasaan yaitu kebiasan yang sering dilakukan oleh peserta didik seperti, mereka tidak memanfaatkan waktu luang untuk membaca, hanya membaca atas perintah guru. Para peserta didik tidak memanfaatkan waktu luang yang ada untuk membaca buku/ bahan bacaan baik di kelas maupun di perpustakaan seperti pada saat jam mata pelajaran kosong, jam istrahat, dan lebih cenderung meluangkan waktunya untuk bermain, bercerita dengan teman dan jajan di kantin dari pada membaca. Membaca belum menjadi aktivitas yang menarik untuk peserta didik lakukan pada waktu luangnya. Kurangnya kebiasaan ini terjadi karena dalam diri mereka belum memunyai kesadaran tentang pentingnya membaca buku. Mereka akan membaca buku ketika diperintah oleh guru, kurang memiliki inisiatif untuk membaca buku/ bahan bacaan atas kesadarannya sendiri.

Kemudian, faktor berikutnya yang menyebabkan rendahnya minat baca para peserta didik yaitu dari faktor eksternal yang pertama faktor buku/ bahan bacaan. Ketersediaan buku atau bahan bacaan yang dibutuhkan peserta didik terbatas dan menarik minat peserta didik masih kurang dan peserta didik tidak memiliki koleksi buku atau bahan bacaan. Rata-rata peserta didik tidak memiliki koleksi buku atau bahan bacaan ini disebabkan oleh keterbatasan dari pihak sekolah dan keluarga dalam menyediakaan buku atau bahan bacaan yang dibutuhkan peserta didik. Perpustakaan sekolah memang menyediakan buku atau bahan bacaan tetapi masih kurang. Faktor eksternal yang kedua yaitu faktor lingkungan keluarga. Faktor lingkungan keluarga dimana sebagian besar orang tua lebih sibuk dengan mengurus pekerjaannya sehingga anakanak tersebut kurang mendapat perhatian dari orang tua serta budaya membaca di lingkungan keluarga yang masih rendah, orang tua juga jarang membelikan buku atau mengajak ke toko buku. Selain itu latar belakang orang tua peserta didik yang masih belum memiliki kesadaran tentang pentingnya membaca. Keluarga menjadi peranan penting dalam tumbuhnya minat membaca buku pada setiap anak terutama orang tua juga harus mendidik agar membaca menjadi kebiasaan bagi setiap anak. Terciptanya kebiasaan membaca dan kemampuan keluarga untuk membeli buku-buku dapat mendorong anak agar memiliki kemauan untuk membaca.

Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan pendapat Sandjaja (dalam Aida, 2015: 117) menulis bahwa keluarga merupakan lingkungan awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan anak, setelah itu baru guru di sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Orang tua memberikan dukungan besar pada keadaan ini. Pola asuh orang tua kepada anak merupakan faktor penentu minat baca. Secara general, orang tua dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang kurang baik, berpotensi besar membuat minat baca anak rendah (Asniar, Muharam and Silondae, 2020).

Pelaksanaan Kegiatan Jumat Literasi

Program Gerakan Jumat Literasi Sekolah di SMK Kesehatan Nusantara berupaya untuk meningkatkan motivasi dan minat baca pada peserta didik. Gerakan Literasi Sekolah ini juga merupakan upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai wadah pembelajar yang memiliki warga yang literat sepanjang hayat dengan melalui pelibatan publik.

Dengan adanya gerakan ini dapat meningkatkan keterampilan membaca peserta didik. Ketika peserta didik terbiasa membaca maka lama kelamaan akan mempengaruhi minat peserta didik untuk membaca. Adapun dalam melaksanakan kegiatan tersebut sekolah harus mempersiapkan sarana dan prasana yang mendukung dalam kegiatan Gerakan Literasi Sekolah ini agar berjalan dengan lancar. Selain itu diperlukan strategi dan komitmen guru serta warga sekolah dalam menjalankan kegiatan gerakan literasi sekolah.

Program gerakan Jumat literasi di sekolah SM Kesehatan Nusantara biasanya gerakan literasi sekolah mulai diterapkan di SMK kesehatan Nusantara Surabaya melalui program jumat literasi. Jumat literasi yang biasa nya di laksanakan di hari jumat selama sebulan sekali.

Dengan di adakan nya program jumat literasi, diharapkan dapat meningkatkan minat baca pada peserta didik di SMK kesehatan Nusantara Surabaya. Program ini juga juga di adakan demi  menumbukan kegemaran membaca dan dapat meningkatkan keterampilan membaca, selain itu dapat menguasai pengetahuan secara bertambah di peserta didik SMK kesehatan Nusantara.

Karena, sebenarnya permasalahan yang terjadi bahwa tingkat kesadaran dan motivasi akan penting nya membaca masih dianggap sangat kurang. peserta didik-peserta didik di budayakan untuk membaca buku minimal 1 buku dan menjelaskannya dengan cara membuat design mind maping. Pelaksanaannya rutin di laksanakan di hari Jum’at minggu pertama. Hal ini dapat meningkatkan minat baca peserta didik di SMK kesehatan Nusantara yang akan menambah wawasan yang luas bagi peserta didik.

Berikut adalah foto- foto beberapa kegiatan Jumat literasi yang kegiatannya di laksanakan di jumat minggu pertama.


Gambar: Jumat Literasi – English Day 

Berikut di atas adalah kegiatan Jumat literasi – English Day yang telah dilaksanakan oleh SMK Kesehatan Nusantara, yang merupakan kegiatan rutin. Di dalam kegiatan tersebut peserta didik membaca buku buku bacaan bahasa Inggris yang di sukai nya misalnya seperti, fairy tale, folktale, fable, legend, dll. Setelah itu mereka menyalurkan hasil pemahaman dari membacanya di kertas karton. Para peserta didik membentuknya menjadi mind maping yang kemudian hasil dari pemahaman mereka tersebut di presentasikan di depan teman – teman lainnya dengan menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan bahasa dan pemahaman mereka sendiri akan buku yang di baca nya tersebut.  Tantangan – tantangan yang terjadi dalam pelaksanaan tersebut, yaitu salah satunya adalah para peserta didik kesulitan dalam membentuk kalimat dan mencari kosa kata dalam bahasa Inggris yang cocok di mind maping nya tersebut. Tantangan lainnya, adalah para peserta didik kesulitan dalam mempresentasikan dalam Bahasa Inggris, dan mengolah kalimat pada waktu berbicara di depan. Tetapi, dengan adanya kegiatan ini peserta didik semakin menambah kosakata baru, ilmu baru, pengetahuan baru dan informasi baru sehingga wawasannya semakin luas. 


Berikut diatas adalah gambar dari kegiatan Jumat literasi dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Ada dua kegiatan di Hari tersebut, yaitu, Peserta didik diminta untuk membaca peristiswa 10 November setelah itu para peserta didik membuat sebuah karangan atau tulisan dengan tema “Pahlawan di Era Saat ini” yang merujuk kepada bacaan yang telah mereka baca.

Kegiatan selanjutnya adalah pserta didik melakukan kegiatan pidato dengan tema “ mengobarkan semangat juang arek arek Suroboyo”. Peserta didik melakukan pidato tersebut dengan tidak menggunakan teks apapun.

Tantangan-Tantangan yang Terjadi dalam Pelaksanaan Kegiatan Jumat Literasi

Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Baca Pelaksanaan Gerakan Literasi ini tidak semata-mata berjalan sesempurna yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, ada beberapa hambatan yang ditemui pada pelakasanaan kegiatan ini, yaitu di antara lain, Peserta didik sulit diarahkan ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan ini. Karena berdasarkan hasil wawancara yang kami dapatkan dari peserta didik mengapa mereka sulit diarahkan ke lapangan karena mereka merasa bosan dan lupa membawa buku bacaan. Rasa bosan peserta didik biasanya terjadi ketika mereka dipaksa untuk membaca padahal mereka sedang tidak ingin membaca kemudian karena lupa membawa buku bacaan mereka seinakin malas untuk diarahkan sebab jika mereka tetap ke lapangan tanpa membawa buku maka mereka akan kena hukuman. ltulah mengapa mereka sering kucing-kucingan dari guru -guru yang bertugas dan BK yang mengarahkan mereka.

Selanjutnya, Peserta didik tidak membawa buku bacaan yang sesuai dengan instruksi yang diberikan. Dari observasi yang dilakukan beberapa peserta didik tidak membawa buku yang sesuai.  Mereka membawa buku yang bisa dibawa saja agar tidak kena hukuman nantinya oleh guru petugas kegiatan literasi tersebut. Buku -buku yang mereka bawa seperti buku rumus matematika, kamus dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan instruksi yang diberikan

Hambatan lainnya, Peserta didik tidak fokus membaca. Dari wawancara yang kami dapatkan peserta didik tidak fokus membaca dikarenakan mereka harus duduk dan berkumpul dengan temannya sehingga teman-teman tersebut akan mengganggu satu sama lain sehingga tidak menciptakan ketentraman antar peserta didik.

Yang terakhir adalah ketidak siapan para peserta didik dalam kegiatan literasi. Telah di lakukan Guru dan peserta didik dalam menciptakan lingkungan yang komunikatif untuk mengajak peserta didik turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sehingga ketidaksiapan para peserta didik akan bacaan – bacaan buku mereka dapat ditanggulangi dengan baik. Dalam hal ini terlihat pada pertanyaan -pertanyaan yang diberikan kepada para peserta didik tentang pesan yang dapat diteladani dari apa yang mereka telah baca.

Guru juga mendapatkan manfaat dari kegiatan literasi ini yaitu semakin belajar untuk mengembangkan literasi di kalangan para peserta didik dan informasi yang didapat dari buku -buku yang dibaca. Dan juga menjadi pengetahuan baru oleh guru-guru yang mendengarkan. Guru akan semakin tahu bagaimana karakter para peserta didik mereka, atau bisa melihat siapa saja yang memiliki hobi membaca. Pembelajaran bagi peserta didik juga, yaitu peserta didik semakin menambah kosakata baru, ilmu baru, pengetahuan baru dan informasi baru sehingga wawasannya semakin luas. Pembelajaran tidak hanya melulu tentang akademis namun, dari kegiatan seperti ini para peserta didik akan mendapatkan wawasan yang tidak monoton yang selama ini mereka dapatkan di kelas.

Kesimpulan

Gerakan Jumat Literasi di SMK Kesehatan Nusantara merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap hari Jumat di minggu pertama tiap bulannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi peserta didik. Namun, berdasarkan hasil kegiatan ada beberapa kendala yang dihadapi pada kegiatan ini seperti, para peserta didik tidak membawa buku sesuai instruksi dan tidak mau tampil ke depan untuk menceritakan ulang apa yang telah mereka baca. Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah oleh SMK Kesehatan Nusantara sudah baik dan terorganisasi dengan baik. ltu terlihat dari perencanaan, pengembangan dan pembelajaran yang diaplikasikan dalam kegiatan tersebut. 

Daftar Pustaka

Asniar, A., Muharam, L. O. and Silondae, D. P. (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA SISWA’, Jurnal Ilmiah Bening : Belajar Bimbingan dan Konseling, 4(1). doi: 10.36709/bening.v4i1.10484.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, K. P. and dan Kebudayaan (2016) Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta.

Kartini, D. and Yuhana, Y. (2019) ‘PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENSUKSESKAN PROGRAM LITERASI’, JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan), 4(2). doi: 10.31851/jmksp.v4i2.2902.

Kasrawati (2017) ‘FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT MEMBACA BUKU PAKET PAI DAN SOLUSINYA PADA PESERTA DIDIK KELAS X IPS DI SMAN 1 PALLANGGA’, http://repositori.uin-alauddin.ac.id/.

Khotimah, K., Akbar, S. and Cholis, S. (2018) ‘Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah’, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 3(11).

Ramdhani, M., Rofi’uddin, A. and Santoso, A. (2021) ‘Perbandingan Implementasi Budaya Literasi Membaca antara Sekolah Rujukan dan Nonrujukan Gerakan Literasi Sekolah’, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 6(3). doi: 10.17977/jptpp.v6i3.14628.